Sejarah Desa Cendoro Kecamatan Palang Kabupaten Tuban

Sejarah Desa Cendoro Kecamatan Palang Kabupaten Tuban

SEJARAH DESA CENDORO

Sejarah lokal mengandung suatu pengertian tersendiri, bahwa di suatu daerah memuat suatu awal daerah tersebut seperti asal usul daerah yang bersangkutan sampai kepada perkembangan daerah itu. pada setiap wilayah di indonesia memiliki sebuah karakter tersendiri, hal ini dikarenakan di setiap masing masing wilayah di indonesia terbentuk melalui sejarah panjang yang berbeda beda. oleh karena itu sejarah lokal merupakan hal yang sangat kompleks yang memiliki banyak aspek dari pengalaman masa lalu seperti aspek sosial budaya,agama, ekonomi dan sebagainya dalam daerah tertentu.

Sejarah lokal identik dengan cerita rakyat yang sampai sekarang masih berkembang dan diceritakan secara turun temurun oleh pendahulunya. Peristiwa peristiwa yang terjadi biasanya dikenang dan di ingat  dalam bentuk nama, nama tersebut biasanya diambil dari nama peristiwa, nama orang, nama tumbuhan, dan lain sebagainya. akan tetapi masih banyak cerita lokal yang belum diketahui dan tersimpan dalam bentuk tulisan. sehingga masyarakat tidak mengetahui sejarah lokal didaerahnya sendiri terutama pada kaum pemudanya, yang nantinya merekalah yang akan menggantikan pendahulunya. Oleh karena itu, kami ingin menelaah dan merekap kembali sejarah lokal dalam bentuk tulisan, dan kali ini kami ingin menceritakan sebuah sejarah yang terjadi di Desa Cendoro Kecamatan Palang Kabupaten Tuban.

 

Asal usul desa Cendoro

Menurut keterangan dari Bapak Riyadi[1], seorang penduduk asli dari desa tersebut,   Pada Masa dahulu menurut ceritanya, Cendoro diambil dari kata “doro”. Doro dalam bahasa Jawa mempunyai arti perawan yang hampir menikah, atau sudah memasuki usia menikah tetapi belum menikah.

Menurut cerita penduduk setempat, dahulu kala di tempat ini terdapat seorang pemimpin perempuan muda (usia sekitar 20-28 tahun) yang membabat alas di daerah ini, yang menjadi cikal bakal Desa Cendoro. Pembabatan dilakukan dengan cara membakar lahan yang ada, yang dalam cerita penduduk setempat banyak pohon-pohon dan ilalang. Daerah kekuasaan pemimpin perempuan tadi didasarkan pada banyaknya lahan yang dibabat dan ditambah lagi dengan sejauh mana latu tersebut tersebar. Latu, diambil dari bahasa Jawa yang berarti dalam bahasa Indonesia adalah abu pembakaran.

Dalam membakar lahan pasti banyak abu yang berterbangan, abu yang berterbangan inilah yang kemudian menjadi batas kekuasaan perempuan dara tadi. Namun memang disayangkan, sekarang tidak ada kepastian apakah kekuasaan perempuan dara yang dulu sama atau tidak dengan luas desa cendoro yang sekarang.

Keterangan tentang siapa sebenarnya perempuan tersebut, dari mana asalnya, dan mengapa ia membabat lahan yang sekarang menjadi desa Cendoro masih belum terjawab. Namun jika dilihat dari keberhasilannya membabat desa Cendoro pastilah ia mempunyai kesaktian yang luar biasa atau mungkin bisa juga ia adalah anak seorang raja yang ingin memperlebar daerah kekuasaanya, atau bukan sangat tidak mungkin untuk mendirikan kerajaan baru. Namun, semua ini masih sebatas menerka-nerka karena belum ada keterangan pasti tentang sejarah ini.

Kepercayaan Warga

Pada awal berdirinya, warga desa Cendoro dan sekitarnya banyak yang menyembah patung “watu ngadek”. Watu ngadek dalam bahasa Indonesia berarti batu berdiri. Batu ini berada di selatan balai desa Cendoro. Batu ini banyak disembah dan dipuja oleh warga desa Cendoro. Belum bisa diketahui secara pasti mulai kapan warga setempat menyembah watu ngadek ini. Mereka biasanya mendatangi tempat ini dengan membawa sesaji. Namun, sekarang kepercayaan ini mulai luntur dan praktik keislaman yang ada di daerah ini menjadi lebih puritan. Tidak ada lagi kepercayaan terhadap kekuatan besar batu ini, atau kalau masih ada itupun hanya sebagian kaum tua dan tidak lagi begitu menampakan kepercayaanya pada batu ini.

Meskipun kepercayaan terhadap batu ini sudah mulai luntur namun batu ini sampai sekarang masih berdiri kokoh. Hal ini disebabkan oleh kegagalan warga setempat yang mencoba untuk merobohkan batu tersebut. Dahulu kala, saat kepercayaan warga atas batu ini sudah mulai hilang dan keislaman mereka lebih murni. Pernah sewaktu kali warga setempat mencoba untuk merobohkan batu tersebut, namun percobaan itu gagal. Entah kekuatan apa yang ada dibalik batu itu.

Setelah kejadian itu, pemerintah desa dan warga setempat memutuskan untuk merawatnya, bukan sebagai sesembahan namun sebagai cagar budaya. Letaknya pun sampai sekarang masih sama, yaitu di sebelah selatan balai desa Cendoro.

Unduh Lampiran:
Sejarah Desa Cendoro